Berlatih Mencintai Al Qur'an
Al Qur'an saiki
dideres ibarat koyo jamu, rasane pahit, ning awak sehat.
Mengko-mengko nek
wis istiqamah, nderes rasane manis koyo madu.
(Al Qur'an sekarang
dibaca ibarat seperti jamu, rasanya pahit, tapi badan menjadi sehat.
Nanti jika sudah istiqamah,
membaca Al Qur'an rasanya manis bagai madu)
[KH Mufid
Mas'ud, Yogyakarta]
Menyimak pesan Kiai Mufid
Mas'ud, Pendiri Pesantren Pandanaran Yogyakarta ini sangat menarik. Secara
umum, membaca Al Qur'an adalah suatu hal yang cukup berat. Tidak seperti saat
menonton televisi, selama tiga jam tidak terasa, membaca media sosial mulai
bakda maghrib hingga pukul 23.00 malam pun asik saja. Coba saja, yang kita
hadapi Al Qur'an, baru seperempat jam saja sudah seperti mau goncan dunia.
Menurut ulama ahli tashawuf
mengatakan bahwa hal itu terjadi karena membaca Al Qur'an merupakan ibadah.
Jika membaca Al Qur'an tidak bernilai ibadah niscaya akan mudah kita jalankan.
Analoginya seperti anak kecil
yang susah disuruh mandi atau makan nasi. Walaupun mandi atau makan itu untuk
kebaikan dia sendiri, namun karena itu perintah, dia agak berat menjalankan.
Berbeda jika dia sedang bermain, sebab bukan perkara wajib bagi dia, dengan
senang hati akan dijalankan.
Kita sebagai orang dewasa juga
tidak jauh berbeda. Ngrumpi seharian penuh, hati tetap tenang dan nyaman.
Berbeda dengan shalat berjamaah di masjid yang paling hanya sekitar lima menit,
atau membaca Al Qur'an setengah jam, beratnya sungguh bukan main
Dalam hadis Shahih Muslim
dikatakan:
قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ
النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Rasulullah SAW bersabda Surga
itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka itu
dikelilingi dengan hal-hal yang menyenangkan."
Maka wajar apabila manusia itu
berat membaca Al Qur'an. Namun bukan keberatan itu tidak perlu kita lawan.
Sebagaimana dikutip dari dawuh Mbah Mufid di atas, seberapa pahit jamu
harus kita minum. Efeknya, badan akan sehat. Begitu pula membaca Al Qur'an,
seberat apapun, kita harus memaksa diri untuk membacanya atau setidaknya kita
mempunyai target seminggu khatam atau sebulan khatam sekali.
Adapun metode supaya kita bisa
rutin membaca Al Qur'an, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Makan makanan dari
rejeki yang halal
Rejeki halal sangat berpengaruh kepada pola kerja otak
kita. Orientasi pikiran kita akan lari melakukan hal baik atau buruk itu
dipengaruhi oleh makanan. Dalam Al Qur'an Q.S. Al Mu'minun : 51 disebutkan:
كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًا
“Makanlah
kalian dari hal-hal yang baik dan beramal shalihlah.”
Dalam ayat itu menunjukkan penyebutan makanan yang
baik dahulu kemudian amal yang baik. Maksudnya di antara keduanya ada korelasi,
hubungan yang sangat erat. Jika hingga sekarang kita malas beribadah, membaca
Al Qur'an, maka marilah kita instropeksi dari mana sumber rejeki yang kita
makan, halal, syubhat atau bahkan haram? wal 'iyadz billah.
2. Membaca hadis-hadis keutamaan
Al Qur'an
Membaca atau mengingat beragam literasi dalil-dalil
yang menunjukkkan keunggulan orang yang hidup bersama Al Qur'an, setidaknya itu
akan membantu kita untuk giat membaca dan mencintai Al Qur'an.
3. Menghafalkan Al
Qur'an
Dengan menghafal Al Qur'an, orang akan dituntut untuk
selalu membaca Al Qur'an secara berulang kali. Jadi, ibarat hati kita yang
berkarat tebal, namun karena dituntut untuk membersihkan setiap saat, dibacakan
Al Qur'an secara terus menerus, akan bening pada masanya sendiri kemudian hati
kita akan tumbuh rasa cinta pada Al Qur'an dengan sendirinya.
Sebagai penutup, ada sebuah sya'ir yang layak kita
hafalkan sebagai penyemangat hidup kita supaya kita terus bersanding dengan Al
Qur'an.
حياة فى
ظلال القرآن نعمة نعمة لا يعرفها الا من
ذاقها
“Hidup di bawah naungan teduh Al Qur'an itu
merupakan sebuah kenikmatan
Sebuah nikmat yang tak akan pernah
diketahui rasanya kecuali hanya orang yang pernah merasakannya sendiri."
Silahkan
anda sekalian bertanya kepada para penhafal Al Qur'an yang sudah diberi anugrah
Allah Ta'ala berupa hafalan yang lancar, komentar apa yang mereka katakan
kecuali jawaban nikmat yang akan keluar dari bibir mereka.
Jika
anda ingin merasakan kenikmatan itu, berniatlah dengan kuat, mulailah menghafal
Al Qur'an, atau setidaknya membaca dengan rutin, niscaya rasa itu akan anda
temukan yang tidak bisa anda lukiskan kepada orang lain seperti kisah KH
Moenawir bin Abdullah Rosyad Krapyak.
Alkisah,
Mbah Moenawir selalu mengkhatamkan Al Qur'an sebulan sekali selama tiga tahun,
kemudian seminggu khatam selama tiga tahun, setelah itu beliau mengkhatamkan Al
Qur'an sehari sekali hingga khatam.
Andai saja, kita sampai sebulan penuh tidak pernah menyentuh
Al Qur'an, jangan harap, Al Qur'an akan memberikan pertolongan kepada kita
kelak di hari kiamat. Jika kita ingin menjadi teman dekat Al Qur'an di kuburan
dan hari akhir kelak, maka sejak sekarang kita harus mendekatinya dan
mengenalinya lebih dalam. Besok Al Qur'an akan kenal dengan kita. Kalalu di
dunia kita tidak mengenal, besok akan bernasib sama, Al Qur'an tidak akan kenal
dengan kita. Lalu, kita mau memilih yang mana?.
Penulis : Ahmad
Mundzir
Alumni
MAK Tajul Ulum 2006 dan Kontributor NU Online
Tidak ada komentar: