Kepribadian Islami yang Terlupakan




"Badaa al Islamu ghoriban wa saya’udu ghoriban kama badaa, fa tuuba  li ghuroba, qila: fa man al ghuroba ya Rosulallah ? Qola: alladziina yuslihuuna idza fasada an-nasu” (au kama qola al-Hadits).

Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh: Suatu ketika Rosulullah SAW berkata kepada para sahabatnya. “Islam dating pertama kali dianggap sebagai agama yang aneh dan pada suatu saat nanti Islam akan kembali dianggab sebagai agama yang aneh, maka beruntunglah orang-orang yang setia menjadi aneh. Salah seorang sahabat Rosulullah ada yang menayakan, siapakah orang-orang yang aneh tersebut wahai Rosulullah ? Rosulullah pun menjawab, merekalah orang-orang yang tetap melakukan kebaikan ketika manusia lai mulai rusak.”

Hampir beberapa minggu ini kita sering membaca berita yang memilukan hati di berbagai surat kabar. Anak membunuh orang tuanya, murid menyiksa gurunya, pemerkosaan, pembunuhan, korupsi dan berbagai macam berita criminal lainnya. Mendapati semua itu, saya kemudian teringat dengan hadits yang ada di atas. Barangkali apa yang dahulu, ratusan tahun yang lalu diprediski oleh Rosulullah saat ini mulai terlihat kebenarannya.

Banyak ulama yang mengatakan bahwa salah satu keistimewaan dari agama Islam adalah nuansa moral, etik, akhlak yang kental dalam setiap sendi syariatnya. Selaras dengan tujuan utama diutusnya Rosulullah Muhammad SAW yaitu untuk membenahi dan menyempurnakan akhlak manusia (li utammima makarima al-akhlak). Dari situ saya menjadi curiga, jangan-jangan fenomena banyaknya kemerosotan akhlak ini salah satunya disebabkan mulai ditinggalkannya aturan dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan kita.

Dan bisa jadi salah satu cara untuk membenahi semua itu adalah dengan kembali mempelajari dan menerapkan nilai-nilai Islam. Mengembalikan kepribadian Islam yang mulai pudar dan terlupakan. Karena Islam adalah kemanusiaan itu sendiri, maka setiap manusia yang mengaku Islam tetapi tidak menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sama saja dia sedang berdusta kepada dirinya sendiri.

Berbicara tentang kepribadian Islam cara paling mudah untuk membacanya adalah dengan melihat kepribadian Rosulullah SAW. Beliaulah manusia paling sempurna yang sengaja dipilih dan dikirimkan Allah untuk mengajarkan kepada kita lelaku hidup yang sahih. Beliaulah manusia yang paling bisa memanusiakan manusia.

Kita tentu sudah sangat sering membaca banyak hadits yang menceritakan tentang keluhuran moral Rosulullah SAW. Baik berupa petuah langsung (Qouli), berupa contoh langsung (fi’li) maupun berupa ketetapan tidak langsung yang Beliau berikan (taqrirri). Kesemuanya itu bila mampu kita teladani tentu saja akan menjadikan kita sebagai manusia sahih sesuai dengan tuntutan Islam.

Dalam hal ini berumah tanggga misalnya, Beliau berpesan “khoirukum khoirukum liahlihi wa ana khoirukum liahlií” sebaik-baik dari kalian adalah kalian yang bersikap paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku. Dalam hal ini berumah tangga Beliau berpesan “man kana yu’minu billah wal yaumil akhir falyukrim jarohu” barang siapa yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir maka ia wajib memuliakan tetangganya. Dalam hal hubungan sosial antar manusia Beliau berpesan “al muslimu man salima al muslimuna min lisanihi wa yadihi.” Seorang muslim sejati adalah dia yang lisan dan tangannya selamat dari menyakiti muslim yang lain.

Bahkan terhadap manusia yang tidak beragama Islampun Rosulullah memberikan pesan moral yang sangat indah. Dalam sebuah hadits diceritakan dalam suatu ketika ada rombongan pembawa jenazah yang lewat berpapasan dengan Rosulullah. Tiba-tiba Rosulullah berdiri untuk menghormati jenazah yang dibawa rombongan tersebut. Kemudian salah seorang sahabat mengingatkan Beliau bahwa jenazah yang sedang diangkat adalah seorang Yahudi. Mungkin ketika itu sahabat mengira bahwa jenazah yang patut dihormati adalah jenazah muslim. Lalu Rosulullah pun menjawab, “bukankah dia (jenazah itu)juga manusia seperti kita?” Hadits tersebut mengajarkan kepada kita bahwa kewajiban kita sebagai seorang muslim tidak hanya menghormati orang muslim saja akan tetapi semua manusia berhak mendapatkan penghormatan kita atas nama kemanusiaan. Sebagaimana Tuhan menciptakan manusia lalu memuliakannya, maka kitapun lebih wajib untuk memuliakannya.

Selain contoh-contoh hadits di atas masih banyak ulama yang mencoba menuliskan sifat-sifat agung Rosul yang patut untuk kita teladani. Dalam kitab mauled Diba’ mislanya, dikatakan kanjeng Rosul itu “in udziya yu’fu wa la yu’akib wa in khushima yasmut wa la yujawib” jika disakiti Beliau selalu lebih dulu memaafkan dan tidak pernah membalas, jika dicela selalu diam tidak mau menanggapi. “Yaqulu al haqqa walau kana murran wa la yudzmiru limuslimin ghisyan wala dhurron.” Beliau selalu mengatakan yang benar meskipun terasa berat dan pahit dan tidak pernah menyimpan rasa dengki dan bahaya pada orang lain. “Man nadhoro ila wajhihi ‘alima annahu laisa biwajhin kadzab wa kana shollallahu ‘alaihi wa sallam laisa bi ghommazin wala ‘ayyub” setiap orang yang memandang wajah Beliau pasti akan tahu bahwa Beliau bukan seorang pembohong dan Beliau juga bukan seorang pengumpat dan bukan seorang pencela. “wa kana Shollallahu ‘alaihi wa sallam ajwada bi al-khoiri min ar-riih al-mursalah, wa kana yarfuqu bil yatimi wa al-armalah.” Bealiau adalah orang yang paling murah hati dalam hal kebaikan bahkan melebihi cepatnya angin yang bertiup-tiup, Beliau juga sangat menyayangi anak yatim dan para janda. Masih banyak sifat-sifat Rosul Muhammad SAW yang ada di berbagai kitab mauled dan siroh nabawi lainnya. []

Penulis :
H. Muhammad Hanif Maimun, Lc.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.