Maafkan Aku
“Buk, kakak
berangkat sekolah dulu . Assalamualaikum..” ujarku kepada ibuku sebagai kepala
rumah tangga setelah tiga tahun yang lalu ayahku meninggalkan ibu, aku dan
saudara laki-lakiku.
Aku masih
duduk di bangku kelas Xl SMA di derah
Khayalan. Aku setiap hari menempuh
jarak 5 KM dari rumahku untuk
sampai ke sekolah , itupun aku lakukan dengan jalan kaki . Kalau aku sedang
beruntung aku mendapat tumpangan dari orang yang melihat kasihan denganku,
berjalan dan berbaju kumuh sendirian dan mengkhayal dalam setiap perjalanan
menuju sekolah.
Dalam kelas,
aku hanyalah seorang siswa yang sama dengan siswa lainnya. Aku biasa dipangil
Lana dengan nama panjangku Muhammad Maulana Rizki. Aku duduk di belakang ,
tepatnya pojok belakang kanan kelas. Ya, karena aku telat ketika awal masuk
sekolah.
Keseharianku
ku lakukan seperti kebanyakan siawa lainnya yaitu belajar, mendengarkan dan
memperhatikan keterangan guru. Aku dikenal di kalangan semua siswa sebagai
siswa pendiam ,pintar dan tidak banyak buat onar. Itu terbukti ketika aku kelas
7 SMP sampai kelas Xl SMA ini aku menjadi ranking teratas terus menerus.
Begitu juga
para guru memandangku sebagai seorang siswa yang pandai, pendiam dan tidak
pernah membuat onar. Ketika sampai sekolahan Para guru memberikanku sepotong
roti karena mereka merasa kasihan , setiap kali sampai di sekolah aku memakai
baju yang basah keringat karena perjalanan yang sangat jauh.
“Assalamualaikum,”
ucap seorang guru mata pelajaran yang aku sukai yaitu guru Matematika. Pak Eko
namanya. Cara belajarnya unik. Aku baru menemui guru yang seperti ini satu kali
dalam perjalanan belajarku yang aku tempuh selama sebelas tahun terhitung dari
kelas satu Sekolah Dasar sampai aku duduk di bangku 11 SMA Khayalan tercinta
ini.
Ketika aku
sedang asyik-asyiknya belajar, empat orang guru yang terdiri dari dua guru
kesiswaan dan dua guru bidang BK. Salah satu dari mereka mengucapkan salam dan
meminta Pak Eko untuk berhenti sejenak.
“Assalamualaikum.
Anak-anak benda di dalam tas bisa dikeluarkan semua,” seru guru BK memeberi
instruksi kepada kami.
Sontak kami
semua saling pandang dan tidak tahu yang akan dilakukan.
“Ini hanya
sekedar pengecekan apakah ada siswa yang membawa benda-benda berbahaya atau
tidak,” lanjut guru BK. Dengan teliti
empat orang guru tadi menggeledah tas siswa satu persatu. “Lana, mana tasmu?”
tanya Pak Heru salah satu dari empat guru tadi.
“Enggak ada
apa-apanya, pak” ujarku penasaran, Pak Heru memaksaku untuk membuka dan mengeluarkan
benda-benda yang ada di dalam tasku. “Lana, kalau memang gak ada apa-apanya
tunjukan kepada bapak, Lana!!!,” tambah Pak Heru. “Ini hanya tas kosong, pak.
Lihatlah pak!! Buku saya sudah ada di atas meja semua!!,” Ucapku pada Pak Heru.
“Iya Lana,
bapak tahu namun, bapak ingin tahu apa yang ada di dalam tasmu, bukan tentang
buku yang sudah engkau keluarkan lana,” jelas pak heru.
“Pak!!!!”
dengan nada memelas, “saya tidak menyimpan benda berbahaya apapun yang lainnya
di dalam tas ini” jelasku.
Penulis :
Ilham Fadholi
XII IPA
Tidak ada komentar: