Putus Asa
Sumber : Internet |
Kutatap langit yang kemerah – merahan pada sore itu,
kupandangi sambil melamun dalam teras rumah, dengan jiwa yang hampa kucoba
untuk membangun diri ini yang telah rapuh, yang telah kehilangan semangat untuk
mengarungi kehidupan yang semakin panas dan membosankan.
“ Druak..... ” suara pintu yang terpukul olehku. Hanya itu
yang mampu kulakukan untuk mengungkapkan rasa penderitaan yang aku rasakan saat
ini, rasanya nyeri pada tangan akibat pukulan tadi yang akan menjadi obat luka
hatiku yang semakin parah. Luka yang tak tau obatnya di mana, ke dokter, ke bidan, ke ahli psikologi, semua
telah aku coba, tapi tidak ada hasil sama sekali.
Mengapa aku dilahirkan dalam keadaan seperti ini, hidup
dalam keadaan miskin, tak punya saudara, tak punya teman, apalagi seseorang
yang mengarahkan hidupku ini menuju masa depan yang cerah. Kulihat mereka yang
setiap pagi membawa tas, buku dan alat -alat tulis untuk menggayuhkan langkah
kaki mencari ilmu Tuhan. Canda tawa mereka mengingatkanku diwaktu kecil dibawah
pangkuan ibu tercinta, dekap kasih sayang orang tua.
Waktu pun terus berjalan, tanpa terasa air mata ini mengalir
membasahi muka yang telah tiada arti ini. Desusan tangis ini tanpa sengaja
terdengar oleh seorang guru sekolah yang kebetulan melewatiku. “ Ada apa, dek ?”
tanya sang guru tersebut. Sambil mengusap wajahku yang penuh air mata ini aku
menjawab dengan nada tersendat – sendat, “ Ah, tidak apa – apa, pak !”
“Tapi mengapa kamu menangis ?”, tanya guru tersebut
kepadaku.
“Sebenarnya aku ini sangat membenci kehidupanku sendiri,
mengapa orang - orang hidup dalam keadaan enak dan tercukupi. Di bawah kasih sayang orang tua dan
teman-teman tercinta, sedangkan aku, jangankan tercukupi, jangankan teman,
orang tua pun tak punya, serasa Tuhan tak adil ” jawabku dengan air mata yang
mengalir deras.
“Dik..., bukankah segala cobaan yang diberikan kepada orang
- orang yang beriman itu tidak lain hanya merupakan ujian belaka. Nah, dengan
ujian tadi manusia dicoba sampai mana iman seseorang kepada Sang Pencipta Alam.”,
nasihat guru.
“Maka dari itu, kamu janganlah mudah berputus asa dan memutuskan rahmat Allah SWT. Dik, perlu
kamu ketahui, bahwasannya segala cobaan dan derita yang engkau rasakan sekarang
ini mungkin itu yang terbaik yang diberikan Allah untukmu. Yang bertujuan
meningkatkan derajatmu apabila kamu mampu mengarungi ujian dan cobaan itu
dengan sabar dan berpegang teguh pada tali Allah.”
“Sesungguhnya Allah itu mencintai kepada orang orang yang
lemah yang mau bersabar dan mau mengharap pertolongannya.”
Dengan penjelasan dari seorang guru tadi akhirnya aku sadar dan tergugah hatiku untuk mencoba mengarungi kehidupan baru yang lebih cerah. Perlahan, kucoba melupakan masa lalu yang pahit yang pernah aku rasakan.
Penulis :
Ahmad Ainun Najib
X MIA 1
Tidak ada komentar: