Kiai Sya'roni; Pribadi yang Pantang Menyerah
Berikut kami sampaikan biografi Kyai Sya'roni, seorang kyai
yang memiliki karakter yang pantang menyerah dan salah satu pendiri Yayasan
Tajul Ulum.
Kyai Sya'roni mempunyai nama asli yakni Kasroni bin Kasnadi.
Beliau lahir dari pasangan Kasnadi dan Kastinah pada tanggal 3 November 1944
dan juga menjadi anak pertama dari lima bersaudara.
Dalam dunia pendidikan, Sya'roni kecil lebih tertarik dengan
sekolah non formal atau pondok pesantren, walaupun beliau juga pernah mengenyam
pendidikan di Sekolah Rakyat yang dulunya masih sedikit orang yang belajar di sana.
Setelah dari sekolah rakyat Sya'roni muda melanjutkan jenjang pendidikannya ke
pondok pesantren yang tidak menekankan pada sekolah formal, dan Pondok
Pesantren Suburan lah yang menjadi pilihannya, diasuh oleh Kyai Murodhi yang
berlokasi di Kecamatan Mranggen, Demak.
Di Pondok Pesantren Suburan inilah beliau menghabiskan masa
mudanya dengan belajar dan berkhidmah kepada Kyai Murodhi. Setelah usianya
menginjak dewasa, Kyai Sya'roni pulang ke kampung halamannya yang berada di
Desa Brabo dan akhirnya beliau menikah dengan Kasmodah putri dari Bapak Jarmawi
dan dikaruniai 6 orang anak 2 laki-laki 4 perempuan, yakni Hj. Komsatun, H.
Musthofa, H. Moh. Imam Ghozali, Hj. Shofwati, Munadhiroh, dan Qurotul Aini.
Kemudian Kyai Syamsuri Dahlan meminta beliau untuk mengembangkan
potensi pendidikan di Desa Brabo khususnya dunia pesantren. Bersama dengan Kyai
Wahab beliau mengembangkan Madrasah Diniyyah Tajul Ulum yang menjadi pendidikan
berbasis keagamaan di Desa Brabo, melihat perkembangan zaman saat itu, beliau
menilai perlu adanya sekolah formal di Desa Brabo, bersama para warga dan
asatidz Madrasah Diniyyah beliau mendirikan sekolah formal yakni SMP Islam yang
nantinya berkembang menjadi MTs Tajul Ulum yang kemudian menjadi cikal bakal
berdirinya Yayasan Tajul Ulum yang memiliki tiga sekolah non formal dan empat
lembaga formal.
Dalam kesehariannya, Kyai Sya'roni menghabiskan waktunya
berada di madrasah dan pondok pesantren. Pada waktu pagi beliau mengajar
sekolah formal, kemudian pada waktu sore beliau mengajar di Madrasah Diniyyah
Wustho mengampu mapel Nahwu (Alfiyyah) dan pada malam hari Kyai Sya'roni
mengaji di Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin, setelah dari Madrasah Diniyyah,
beliau pulang dibuntuti oleh para santri yang ikut mengaji Kitab Tafsir
Jalalain yang dilaksanakan di Mushola Al-Falah yang berada di dekat kediaman
beliau.
Demikianlah sosok yang pantang menyerah yang patut kita
teladani dari segi semangat, perjuangan beliau dan pesannya “dadio wong seng
bener, seng manfaat kanggo masyarakat, agama, nusa dan bangsa”.
Penulis : Afiq & Akbar
Tidak ada komentar: