Kyai Ubaid: Santri Ngaji Disik, Ojo Dolanan Medsos!
Media sosial
sekarang seakan menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan masyarakat, dan
sekarang indonesia menjadi negara teraktif dalam bermedia sosial dan sebagian
besar penggunanya berumur 10-20 tahun yang notabeneya sebagai pelajar dan juga
santri.
Maka dari
itu kami akan sajikan wawancara ekslusif reporter kristal dengan KH. Ubaidullah
Shodaqoh, di kediaman beliau, PP. Al-Itqon, Bugen, Semarang (23/2). Beliau
adalah Ra'is Syuriah PWNU Jawa Tengah dan juga salah seorang kiai NU yang eksis
di Twitter dan Facebook. Melalui akun media sosialnya kiai Ubaid sering berbagi
nasihat dan ilmu kepada follower-nya.
Menurut
Kyai, bagaimana pengaruh media sosial bagi pelajar saat ini?
Pengaruh
media sosial sangat besar dan berbahaya, madlorotnya lebih besar daripada manfaatnya.
Karena, media sosial tidak bisa memisahkan antara orang baik dan orang buruk,
semua bergabung menjadi satu. Lebih manfaat membaca bukunya dari pada membaca
media sosial yang berisi konten-konten yang kurang baik. Kalau bisa dilarang, berbahaya.
Apa
kaidah-kaidah yang harus diketahui oleh pelajar?
Kaidah-kaidah
untuk menulis di media sosial, contoh menulis di twitter itukan tidak terbatas.
Kaidah yang pertama yakni mengungkapkan pikiran, kedua jangan sampai ada
hasutan atau kebencian, yang ketiga jangan nge-share sumber-sumber ilmu dan berita yang tidak
diketahui sumbernya.
Kebanyakan
pengguna media sosial, khususnya pelajar adalah sebagai penikmat bukan penyaji
konten-konten media sosial. Lalu bagaimana tanggapan Kyai?
Follower
atau pertemanannya harus benar-benar dipilih yang jelas agamanya, aqidahnya,
itu orang baik atau orang buruk, agar
kita tidak terjerumus dalam hal kejahatan.
Lantas
apa yang dilakukan pelajar dalam bermedia sosial sebagai penyaji bukan sebagai
penikmat?
Bisa
nge-Share nasihat-nasihat guru, ringkasan ngaji bandongan lalu didiskusikan
bersama teman. Meng-ekspos kebaikan, yang baik-baik dibagikan.
Memberitakan kejelekan itu sama saja
menyebarkan aib diri sendiri, menanggapi berita yang santun, yang baik karena,
menulis itu lir ekspresi, orang yang tidak marah disangka marah, dan penggunaan
media sosial harus benar-benar pada waktu senggang.
Sekarang
ini, banyak fenomena yang terjadi di media sosial misalnya penyebaran Hoax.
Lantas apa yang harus dilakukan pelajar untuk menyikapi fenomena tersebut?
Kita harus
mengecek berita dari beberapa sumber untuk mengetahui kebenaran berita
tersebut. Intinya harus Mutawatir. setelah kebenaranya teruji baru dishare.
Yang
terakhir, Apa pesan Kyai terutama bagi siswa MATU dalam bermedia sosial?
Ngaji
ndisik ojo dolanan Medsos (ngaji dahulu tidak usah bermain media sosial).
Seng istiqomah belajarnya, latihan nulis yang bagus.
Laporan: Azka, Ryan dan Rizal.
Tidak ada komentar: