Mawar dalam Duri
Fajar
yang indah menampakkan wujudnya, siluet
oranye kuning menghiasi langit timur yang terbentang, terganti dengan sang
surya yang agung, menyempurnakan hari dengan sinarnya.
“Karim, mau kemana kamu?” Tanya
budi, Karim itulah namanya, pemuda lulusan pesantren yang tinggal didesa
sukabanyak dan pencetus majlis hub burrasul SAW. “Hai Budi, mau kemasjid
bersih-bersih” jawab Karim. Dan ini teman karib Karim dari kecil. “mau ikut
ga?” lanjut karim, “ya, sebentar tunggu dulu!” balas Budi.
Yang ditunggu akhirnya datang,
Budi dating dengan membawa sedikit bekal untuk dimakan setelah membersihkan
Masjid. “apa yang kamu bawa Bud?” Tanya Karim “oh..ini sedikit bekal untuk
makan siang!” jawab Budi. Panas terik yang menyengat menjadi teman mereka
berjalan menuju masjid. “sepertinya, es-buah seger, Rim” celetuk Budi, “hehehe,
kode keras iki, jangan bilang suruh dibayarin?” sahut Karim “lha iku paham,”
balas Budi “ya sudah sana pesan dua!”.
Setelah melepas dahaga dengan
es buah, mereka beranjak kembali menuju masjid dan akhirnya sampai ditujuan.
“langsung saja Bud! Ambil pelnya digudang, aku ta ambil sapu” “ uoke, bos”
jawab Budi. Masjid pu n akhirnya bersih pemuda tersebut kembali ke kediamanya,
“Bud, entar ba’da maghrib kemasjid ya, kita nyolawat bareng!” ajak Karim. “ Oke
rim, ba’da maghrib kan, siap!” balas Budi. Ditengah jalan menuju pulang mereka
bertemu dengan bapak-bapak yang umurnya berkisar 40 tahunan, yang tengah
berdiri didekat warung kopi dan menatap sinis kepada mereka. “Bud, siapa itu,
kayaknya dia mengawasi kita dari tadi?” Tanya Karim, “ mm… mbuh, aku gak tahu,
aku tinggal enam tahun didesa ini gak pernah melihat bapak itu!” jawab Budi,
“ya udah, kita lanjut lagi,” balas Karim.
Senja telah pergi meninggalkan
keelokannya, datanglah malam yang tak kalah menawan dengan senja, terhias
bintang yang berkedip genit, menambah malam semakin menawan.
“assalamualaikum warohmatullahi
wabarokatuh,” karim mengawali majlisnya. “walaikumsalam warohmatullohi
wabarokatuh,” jawab jamaah majlis Muhammadurrasulullah sebelum memulai
majlisnya, karim membaca hadroh dan kemudian dilanjut pembacaan mauled
ad-diba’I buah karya Imam Jalil Abdur Rahman Ad-Diba’I, yang diajarkan Kiai
Muhammad ketika ia dipesantren.
Malam semakin tanggal, mereka
semakin hanyut dengan Ad-Diba’nya. Tiba-tiba terdengar teriakan dari luar
masjid “bubar semuanya bubar!ini bid’ah!ini musyrik!dilarang agama!bubar
bubar!”. Teriakan dengan nada yang keras menjadikan semua jamaah terkejut,
saling pandang dan kebingungan. Namun mereka tetap melanjutkan majlisnya,
kemudian datanglah seseorang dengan membawa golok ditangan kananya, dan dia
berkata “majlis ini jika tak dibubarkan akan kubunuh kalian semua!” semua
jamaah takut, panic dan meminta Karim menyelesaikan majlisnya. Akhirnya Karim menghentikan
majlisnya,
Kecemasan Karim semakin
meningkat, bibirnya tak pernah tertutup, selalu ia panjatkan do’a agar
majlisnya tetap berdiri didesanya, beribu tantangan ia dapatkan, namun ia
senantiasa mengingat pesan Kiainya ketika dia akan boyong dari pesantren, “wong
berjuang iku kudu sabar, iklas, lan tawakal, insya allah berkah.” Hal itulah
menjadi penyemangat Karim.
Memang kedamaian didunia ini
telah hanjur, orang-orang tak lagi memahami perbedaan, semboyan “bhinneka
tunggal ika” telah roboh akibat angin pertentangan .
***
Fajar
kembali menampakkan wujudnya, tergeser oleh sang surya yang agung kembali
bertengger di singgasananya, memancarkan cahaya terang nan terik.
Seperti
biasa Karim dan Budi menjalankan aktifitasnya membersihkan masjid At Taqwa yang
terletak di pojok desa sukabanyak. “rim, akan teruskan apa tidak majlis
kamu?”Tanya budi. “gimana ya Bud? Aku bimbang, tapi aku teringat pesan kyaiku
“ncen dadi wong apik iku angel,kudu pinter pinter nggowo awak lan yo kudu
sabar,” gitu bud pesan beliau,” jelas karim, “aku nggak bakal nyerah! Aku nggak
takut dengan ancaman yang dia berikan, aku tetap mempertahankan majlis Muhammadurrasulullah di kampung ini,”
lanjut karim dengan penuh semangat dan optimism tinggi.
Setelah
membersihkan masjid, di jalan yang sama mereka bertemu lagi dengan orang yang
berteriak membubarkan majlis Muhammadurrasulullah di masjid tadi malam, “rim,
itu bukannya bapak yang tadi malam teriak di masjid membubarkan majelis.” Ucap
budi. “iyha bud, udah biarkan saja!” sahut karim. Orang 40 tahunan itu berdiri
di bawah pohon dan menatap mereka dengan sinis lagi.
“iku lho pak, perusuh desa kita, pendiri
majlis musyrik di desa kita , harus basmi pemuda itu!” ajak pak yanto seorang
bapak bapak 40 tahunan yang teriak teriak di masjid, “mosok pak? Kalau begitu
orang itu harus dibasmi dari desa ini, agar tidak menyebar ajarannya.” Jawab
kepala desa sukabanyak. “ya sudah, nanti malam kita gerebek di rumahnya!” ajak
pak yanto.
Mentari
yang terik telah berakhir dengan senja, datanglah malam yang terhias awan hitam
pekat dan angin yang sangat kencang. “Bud,kok aku merasa gak enak ya?” “udah
ndak papa,ayo mulai!” Budi menenangkan. Hadroh terbaca oleh karim. Solawat di
baca “ya robbi solli ‘ala Muhammad.”tiba tiba “PYARR……” kaca pecah terlempar batu,semuanya
panik, namun karim terlanjur hanyut dalam maulidnya.” Mana pimpinan majlis
ini?”bentak pak yanto yang tiba tiba masuk kerumah karim.
Semua hanya terdiam
kaku.”HAH,di takoni kok meneng wae ki?” bentak pak yanto lagi dengan perasaan
marah “ ya pak saya! Saya yang namanya Karim” balas karim dengan santai,”
berani berninya kamu mendirikan majlis musyrik di desa ini? Dan kalian adalah
orang orang yang sesat,muji muji nabi,rasul,apalah itu namanya?” bentak pak
kepala desa sukabanyak. “astaghfirullah, berani nya bapak bilang seperti
itu,allah,nabi,rasul,kitab,hari kiamat,dan qodo’ qodar itu ada dan bapak harus
mempercayainya!” jelas karim dengan tegas.” Lah tukang bohong kamu itu mana
buktinya?” sahut pak yanto “BUKTI?bukti apalagi? Semuanya sudah jelas pak,astaghfirullah,memang
hati bapak,hati yang gelap,hitam pekat” jawab karim sambil menangis. “uwis,gak
usah banyak bacot kamu,ikut saya,sekarang!” ajak pak yanto dengan perasaan
marah yang memuncak.karim di seret oleh pak yanto ke lapangan.para jamaah majelis
hanya bisa berdoa untuk keselamatan karim.
Sampai
dilapang, Karim dilempar kegunungan kayu yang telah disediakan. Ia diikat
ditiang besar dan kemudian disiram dengan minyak tanah. “huss….” Obor
dilemparkan api menyala nyala hingga pohon-pohon yang ada dilapangan kering
akibat panasnya api, namun apa yang terjadi? Semua orang yang berkumun
dipinggir lapangan mencium bau yang sangat harum dan juga berasal dari kobaran
api.
Tuhan
memang yang MAHA ADIL, MAHA PENYAYANG.hujan datang dengan sangat deras memadamkan
kobaran api, gunungan kayu ambruk, tubuh Karim tergletak, jasadnya masih utuh
dan jasadnya wangi. Sontak Budi lari
menghampiri jasad Karim dan memeluknya. Bendungan air mata sudah tidak kokoh
lagi jebol membajiri kedua pipi Budi. Kemudian Budi mengangkat jasad Karim dan
membawanya kerumah untuk dirawat, setelah disolatkan Karim dikebumikan didekat
pusara ayah dan ibu Karim yang telah mendahuluinya ketika ia kecil.
Penulis :
Rizal
Afid Udin( XII IPA B)
Tidak ada komentar: