Mencari Tuntunan Generasi Milenial



Tuntunan jadi tontonan, tontonan jadi tuntunan. Begitulah kira-kira yang sedang terjadi dimasyarakat kita. Contoh, banyak dari kita yang rela berjalan menempuh jarak jauh, dengan biaya yang tak sedikit, hanya untuk menyaksikan tontonan yang penuh huru-hara, kesemrawutan, dan hanya mendatangkan kesenangan sesaat, seperti konser dan dangdut.

Namun, semua itu justru mendatangkan banyak pengunjung yang ingin menyaksikan idolanya beraksi diatas panggung. Buruknya, mereka malah menjadikan idolanya sebagai tuntunan hidup sehari-hari. Bergaya layaknya seorang artis yang diidolakannya. Mulai dari mengenakan pakaian ala idolanya, potongan rambut yang disamakan, dan bahkan juga meniru sifatnya.

Berbeda dengan acara yang menuntun, seperti pengajian dan solawatan. Acara yang tenang, penuh pendidikan, dan tak memakan banyak biaya ini malah lebih sedikit pengunjungnya jika dibandingkan dengan acara yang hampir tak ada unsur pendidikannya itu. Mereka malah menganggap acara pengajian dan sholawatan ini hanya sebagai tontonan semata dan penyejuk hati sesaat. Tidak mencari ilmu yang disampaikan tapi malah mencari kelucuan dari seorang mubaligh disebuah pengajian. Seakan-akan mereka menjadikan acara yang menuntun ini sebagai hiburan semata.

Sejatinya kita punya tokoh tuntunan dalam segala hal, urusan dunia dan akhirat yang bisa dijadikan idola dan tuntunan yang lebih baik dari seorang artis, yakni Nabi Muhammad SAW. Namun mereka lebih memilih menirukan artis idola mereka dibanding mencontoh Nabi Muhammad SAW., dengan alasan gengsi atau lebih tepatnya hanya karena ingin mengikuti tren bergaya yang up to date.

Sebagai generasi Islam milenial, kita harus bisa menempatkan sesuatu tepat pada tempatnya. Menjadikan tontonan sebagai hiburan, refrhesing, menghilangkan penat, rehat dari aktivitas belajar. Begitupun, memposisikan tuntunan sebagaimana mestinya. Tokoh hiburan yang memang memiliki kepribadian baik, perlu kita contoh dan jadikan tuntunan. Tapi kiranya tidak sesuai dengan yang kita anut, tinggalkan saja.

Perang Budaya 
Inilah sebuah relitas kehidupan. Terjadi pertempuran budaya antar bangsa dan negara. Hilangnya budaya maka akan menghilangkan ideologi asli bangsa kita. Masuknya budaya barat dari sebuah tontonan inilah yang akan menghilangkan budaya bangsa kita ini. Yang harusnya wanita berpakaian lebih sopan atau menutup aurat kini mereka mengumbar aurat. Bersikap lemah, lembut, sopan terhadap sesama, kini sikap mereka berubah menjadi keras.

Tapi jangan langsung berasumsi bahwa semua budaya barat bersifat buruk. Budaya barat juga punya sifat positifnya, seperti contoh dalam hal kinerja. Mereka punya semangat etos kerja yang tinggi, ulet dan tepat waktu. Mungkin hal itu berbandiing terbalik dengan masyarkat kita yang bermalas-malasan. Budaya seperti itu perlu kita saring, ambil sisi positif budaya asing untuk berbenah kekurangan kita dan tinggalkan sisi negatifnya.

Seharusnya kita menjadikan sebuah tuntunan ini untuk memperbaiki diri, tidak hanya sebagai penyejuk hati sesaat. Meninggalkan sesuatu yang kurang baik dan menjadikan tontonan sebagai hiburan belaka dan tidak menjadikannya contoh untuk kehidupan kita sehari-hari.[]














Penulis :
Assadul Fata A.A

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.