Catatan dari Tarim

Masjid al Mudlor Tarim

Matahari bersinar terang, awan - awan berjalan beriringan di langit kota Tarim, nampak indah. Langit sedang cerah, secerah hati kami karena bisa berada di kotanya para wali. Sekitar pukul 1 siang, rombongan tiba di Universitas Al-Ahgaf, Tarim. Kami diajak menuju ruangan yang telah disiapkan untuk makan siang. "Semoga menu kali ini masakan indonesia", batinku, yang dari kemarin belum merasakan makanan indonesia.

Benar saja, tak lama kemudian, senior kami membawa makanan yang berisikan nasi, komplit dengan ayam, sayur dan sambal khas indonesia. Akhirnya sedikit lega bisa kembali merasakan sesuap nasi setelah perjalanan panjang.

Setelah dirasa cukup, panitia memberi instruksi untuk kembali ke bus guna melanjutkan perjalanan menuju tempat penginapan sementara. Suara adzan dari masjid dekat penginapan terdengar sampai ke dalam kamar. Waktu sholat asar tiba. Rasanya baru saja bersantai setelah seharian lebih menempuh perjalanan. Kami pun bergegas mengambil air wudlu untuk melakukan sholat asar berjamaah, karena setelah asar masih ada kegiatan yang harus kita lalui. Selesai sholat, panitia meminta agar segera kembali ke bus. Kami pun menuju bus untuk melanjutkan perjalanan. 

Maqbarah Zanbal Tarim

Tujuan pertama adalah makam Zanbal. Bus melaju perlahan meninggalkan penginapan, tak lama kemudian nampak di sisi kanan jalan Ribath 'Darul Musthofa' (DM) yang diasuh oleh Habib Umar bin Hafidz BSA. Karena penginapan kami tak jauh dari DM hanya sekitar 200 mener. Bus terus melaju. Gedung Universitas Al-Ahgaff nampak megah berada di sisi kiri jalan. Dan akhirnya, kami tiba di depan makam Zanbal. Tak perlu waktu lama, cukup 15 menit dari penginapan sampai ke tempat tujuan. 

Teriring doa dan langkah pasti, kami memasuki makam Zanbal dipimpin oleh Habib Muhammad bin Idrus bin Smith. Aku tidak begitu hafal dengan urutan makam yang kami ziarahi, yang pasti; ada urutan dan tata cara khusus saat berada di Zanbal. Seingatku, waktu itu kami ziarah ke Makam Sayyidina al-Imam al-Faqih al-Muqoddam, Imam Abdurrohman as-Segaf, Imam Umar al-Muhdlor, Imam Abdullah bin Alwi al-Hadad (Shohibul Rotib al-Hadad), dan masih banyak yang lainnya. 

Langit mulai gelap, suara adzan mulai terdengar. Kamipun bergegas menuju masjid yang terkenal menjadi ikon kota Tarim, masjid khas dengan menara yang menjulang tinggi 45 meter. Yakni, Masjid al-Muhdlor yang tempatnya tak terlalu jauh guna menunaikan sholat maghrib berjamaah. Selepas itu, kami diajak menyusuri jalanan kota Tarim dengan sejuta keindahannya. Melihat masjid - masjid bersejarah yang ada di kota ini, seperti Masjid Ba'alawi dan Masjid as Segaf. Tak lupa juga menuju ke Masjid Imam al-Hadad sekaligus sholat isya' berjamaah di sana. 

Setelah itu, kami kembali menuju Universitas Al-Ahgaff, agenda selanjutnya yakni "Haflah Tarhib Li at-Thullab al-Judud" (acara penyambutan mahasiswa baru) yang dihadiri oleh Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Ahgaff, beserta para asatidz dan masyayikh yang lain. 

Gedung disekitar asrama Fuwwah Mukalla

Melansir dari @ahgaffpos.official. Habib Zain bin 'Aqil, selaku dekan fakultas menyampaikan 'Ahlan wa Sahlan' atas kehadiran mahasiwa baru dan memberikan wejangan agar menata niat dengan baik. Beliau juga menuturkan bahwa daf'ah ini adalah daf'ah yang istimewa karena mampu mendarat langsung di Seywun, Yaman tanpa harus melakukan perjalan darat dari Oman dan juga bisa langsung berziarah dengan para auliya' kota Tarim. Yang mana, itu tidak didapatkan oleh daf'ah-daf'ah sebelumnya. Dan terakhir, Dr. Faiz menambahkan agar lebih bisa menjaga adab selama berada di Yaman. 

Acara berakhir pukul 21.00, dan dilanjut dengan pemeriksaan darah. Kami pun kembali menuju tempat penginapan untuk beristirahat. Esok paginya, kami berangkat menuju ke Mukalla untuk menyelesaikan belajar pada tingkat satu, sebelum melanjutkan tingkatan selanjutnya yang berada di Tarim. 

Penulis : 

Farid Abidin. 

*Sumber : catatan pribadi di Tarim, 12/12/20 dan ditulis kembali di Mukalla, 21 Februari 2021.