Kunci Melawan Pornografi Menurut Islam: Ghadlul Bashar dan Hifdzul Farji

Baca Artikel sebelumnya: Menepis Masifnya Konten Porno

“Konten porno apapun bentuknya adalah hal yang buruk, begitu menjijikkan dan merendahkan martabat kemanusiaan”

Konten porno kerapkali menduplikasi dirinya menjadi banyak, tersebar di beragam platfrom internet dan susah dihilangkan karena memiliki pasar sendiri yang begitu masif. Memblokir situs porno dan hal yang mengarah ke hal tersebut merupakan upaya konkrit untuk melindungi anak-anak dan generasi muda dari dampak konten vulgar. Langkah ini adalah bagian dari upaya besar untuk mempromosikan kebudayaan dan nilai-nilai moral yang luhur.


Dalam Al-Qu’an surah An-Nur ayat 30-31, Allah memerintah laki-laki dan perempuan untuk ghadlul bashar alias menjaga pandangan dari perkara-perkara yang diharamkan seperti halnya mengakses konten porno, di samping perintah untuk lebih tertutup kepada perempuan dalam urusan aurat.


Pada ayat di atas, setidaknya ada dua perintah Allah melalui Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada umatnya, yaitu pertama adalah menahan pandangan dan memelihara kemaluan. Terjaganya kemaluan, lebih banyak selamatnya dimulai dari menundukkan pandangan mata. Melaksanakan perintah tersebut sebagai usaha kita untuk bertaqwa kepada Allah dengan menghindari larangannya yang berupa mendekati zina. Lalu, menjaga kedua mata kita dengan memandang yang diridlai oleh Allah, bukan hal yang dimurkai, semisal konten pornografi.


Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya Tafsir Qur’anil Adzim merinci bahwa ghadlul bashar adalah menahan, menundukkan diri, atau menjaga pandangan, bertujuan agar tidak mengumbar penglihatan; tidak "gragas" pandangan terhadap perempuan atau hal lainnya yang dapat menimbulkan fitnah bagi laki-laki yang memandangnya. Perintah menjaga pandangan tidak hanya ditujukan kepada laki-laki atau kepada perempuan saja, melainkan kepada kedua-duanya sekaligus.


Mengapa Allah dan Rasul-Nya memerintah umatnya untuk menjaga pandangan? Karena panca indra manusia memainkan peran krusial dalam menentukan perilaku dan tindakan. Indra penglihatan adalah indra yang paling cepat dan kuat menerima rangsangan, apalagi terhadap konten pornografi. Hanya butuh waktu sepersekian detik mata mampu mengolah suatu rangsangan menjadi rangsangan seksual. Dalam waktu yang singkat, gambar vulgar yang terlihat mata sudah dikirimkan kepada otak sehingga terjadilah perubahan-perubahan fungsi otak, termasuk perubahan fungsi perilaku seksual.


Pemahaman atas ghadlul bashar dan hifdzul farji adalah kunci uatama untuk menahan dorongan melihat konten porno atau sejenis lainnya. Menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan setidaknya memiliki sejumlah dampak positif yang mengantarkan kepada keselamatan. Ghadlul bashar menjauhkan diri dari fitnah, perbuatan tercela, dan tipu daya setan yang menggiring kita untuk terus melihat hal buruk, bahkan terus mendorongnya secara kontinyu, sehingga sulit untuk dilupakan dan dihentikan. Hifdzul farji memunculkan jarak dari ketergantungan terhadap sesuatu yang terlihat mata, semisal konten porno, yang dapat merendahkan martabat diri karena memenuhi keinginan nafsu dengan cara yang tidak dibenarkan.


Menundukan pandangan dan menjaga kemaluan memunculkan rasa selalu diperhatikan oleh Allah sekaligus melatih diri untuk senantiasa takut kepada-Nya, baik dalam keadaan menyendiri maupun ramai. Perasan inilah yang dapat memperkuat kehormatan diri. Ghadhul bashar memupuk rasa bahwa diri sudah melakukan apa yang diridai Allah, dari hal itu akan lahir perasaan tenang dan rela terhadap segala ketentuan Allah, membebaskan diri dari penyesalan. Selanjutnya, memiliki kepribadian yang kuat, memunculkan kemampuan untuk mengendalikan nafsu dan keinginan, begitulah kiranya dampak positif jika manusia selalu memupuk perilaku menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan dalam diri.


Kontrol perilaku orang tua adalah langkah awal preventif-strategis untuk menghalau terpaparnya konten vulgar, orang tua dapat mengontrol akses anak dalam menggunakan handphone mereka. Menyampaikan hal-hal apa saja yang tidak boleh dan boleh dilakukan. Orang tua bisa sesekali membuka gadget anak untuk melihat apa saja dan untuk siapa pesan yang dikirim. Memastikan tidak ada aplikasi yang membahayakan untuk anak dan mengawasi perkembangan anak. Memberikan percontohan dalam berperilaku dan berucap, memberikan contoh untuk tidak bermain handphone di depan anak.


   Penulis: Muhammad Haris Fauzi, M.Ag.
   Alumni MATU Tahun 2013 Jurusan Bahasa

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.