Menepis Masifnya Konten Porno

Konten porno berpengaruh kepada manusia seperti zat adiktif, yaitu menjadi pemicu dorongan berlebih yang mengarah ke pengeluaran dopamin tingkat tinggi yang tidak wajar. Hal ini dapat merusak sistem dan membuat otak tidak responsif terhadap sumber kesenangan alamiah. Penikmat konten porno mengalami gejala depresi yang lebih besar, kualitas hidup yang lebih rendah, dan kesehatan mental yang lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang tidak menonton konten porno. Konten vulgar porno tidak hanya memicu ketagihan serius, tetapi juga membentuk pergeseran emosi dan perilaku sosial masyarakat. [1]


Menurut Prof Victor B. Cline, periset psikososial dan pornografi[2] dari negara Amerika, terdapat setidaknya empat tahapan perkembangan kecanduan pada penikmat konten vulgar porno. Pertama, tahap adiksi yakni kecanduan setelah menyelesaikan aktivitas menikmati konten tersebut. Kedua, tahap eskalasi yakni peningkatan kualitas ketagihan menjadi perilaku yang semakin menyimpang, misalnya seks dengan kekerasan, hingga dengan hewan.


Ketiga, tahap desentisisasi yakni menipisnya sensitifitas dan pecandu kian permisif dan kebal dengan segala sesuatu yang berbau porno, karena dianggap sebagai hal lumrah. Terakhir, tahap acting out yaitu dorongan untuk mulai mempraktikkan apa yang selama ini ditonton: mencari pasangan bersetubuh dan melakukan adegan yang disukai dari konten porno.


Fitur Safe Search dan Aplikasi Kontrol Orang Tua di Google  

Gawai atau handphone telah memberikan akses yang yang tak terbatas. Ketik apapun di google, akan muncul hasil pencarian di layar hape yang digenggam. Perkembangan tentu memiliki efek samping, laju perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat terdapat problem yang membersamainya dan terkadang luput kita diskusikan: masifnya konten vulgar dan kekerasan di dalamnya.


Era digital membuat anak-anak lebih mudah mengakses teknologi melalui gawai dan internet mereka. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh dalam pembentukan karakter anak, terlebih lagi ketika anak-anak ini terpapar konten negatif vulgar. Rasa ingin tahu yang tinggi adalah motif awal anak-anak mencari hal apapun melalui initernet, jika tidak ada peran pengawasan dari orang dewasa atau keluarga, anak begitu mudah mengakses hal negatif, termasuk juga konten pornografi.


Problem ini baru muncul ke permukaan setelah beberapa waktu berlalu, anak di bawah umur mengakses konten vulgar dari gawai yang dimilikinya. Mudahnya akses terhadap teknologi kerapkali tidak dibarengi dengan kecerdasan literasi digital. Orang tua yang tidak mengetahui dasar mengoperasikan handpone yang baru mereka beli dan anak yang penasaran dengan beragam hal adalah sebuah paket komplit. Minimnya literasi digital menjadikan diri lebih rentan dan beresiko. Apalagi sekarang, website penyedia konten porno memberikan akses tidak berbayar dan anonimitas sehingga generasi saat ini akan lebih rentan terhadap dorongan berlebih penggunan konten porno.


Apa itu Safe Search? Safe Search adalah fitur yang terkandung di mesin pencari Google yang bertujuan untuk mengeliminasi situs-situs website yang mengandung konten pornografi muncul di daftar hasil pencarian. Google meluncurkan fitur Safe Search pada tahun 2000 silam. Dalam siaran resmi Google, Safe Search diluncurkan untuk memastikan konten dewasa jauh dari jangkauan anak-anak. Pada tahun 2012 Google mengembangkan fitur Safe Search untuk bisa juga memfilter hasil pencarian berbasis gambar.


Melindungi diri dan keluarga dari bahaya pornografi di dunia digital akan jauh lebih mengena jika disertai dengan praktik cara melakukannya secara langsung. Penulis mencoba memberikan tips dan tata cara upaya preventif agar terlindung dari bahaya pornografi.


Dari sisi kecakapan digital, penulis memberikan cara sederhana mengaktifkan fitur Safe Search, mengenal fitur dan fungsi pada aplikasi Kontrol Orang Tua semisal Google Family Link atau Microsoft Family Safety, mengatur keamanan mesin pencari, melaporkan konten dan gambar pornografi, dan beberapa tips agar terhindar dari konten pornografi,


Langkah awal mengaktifkan fitur Safe Search pada mesin pencarian Google adalah dengan membuka mesin pencarian Google dengan aplikasi web browser terlebih dahulu, kemudian ketik alamat url: https://www.google.com. Kedua, setelah halaman utama mesin pencarian Google muncul, silakan terlebih dahulu login ke akun kita. Hal ini agar pengaturan menjadi permanen dan berlaku pada akun kita. Bila mau melakukan pengaturan satu kali pakai, maka tidak perlu melakukan login akun, tetapi setiap kita mau memakai mesin pencarian Google maka kita harus mengatur ulang kembali.


Ketiga, pada menu di bagian bawah, pilih menu Setelan. Dan terakhir pada menu pop-up yang muncul, pilih Setelan Penelusuran. Setelah berada di halaman Setelan Penelusuran, perhatikan pada bagian Filter Safe Search. Lalu centang pada pilihan Aktifkan Safe Search (Turn on Safe Search). Mengaktifkan Safe Search membantu menyembunyikan konten vulgar eksplisit, seperti konten pornografi.




   Penulis: Muhammad Haris Fauzi, M.Ag.
   Alumni MATU Tahun 2013 Jurusan Bahasa





[2] Victor B. Cline, Marriage and Families “The Pornography Trap

 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.