Stasiun Tanggung, Saksi Bisu Kejayaan Tanam Paksa

Stasiun Tanggung. Dok: Wikipedia

Pada tahun 1825-1830 telah terjadi Perang Jawa antara pasukan pimpinan Pangeran Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda. Perang yang berlangsung kurang lebih 5 tahun tersebut akhirnya dimenangkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Peperangan tersebut ternyata banyak menghabiskan kas negara hingga bangsa Belanda mengalami kekosongan kas negara dan hutang negara yang membengkak.


Akhirnya muncul sebuah gagasan dari Van den Boch utk melaksanakan Cultuurstelsel. Istilah Cultuurstelsel sebenarnya memiliki arti kewajiban rakyat untuk menanam tanaman ekspor yang laku dijual di Eropa. Tapi rakyat pribumi lebih mengenalnya dengan sitem tanam paksa, hal ini karena sistem ini dijalankan dengan paksaan. Atas dasar usulan dari Van den Boch  tersebut kemudian pemerintah kolonial Belanda mengangkat Van den Boch sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang baru.


Sistem tanam paksa ini ternyata membuahkan hasil yg manis. Kas pemerintah Belanda mengalami surplus. Sitem tanam paksa ternyata menuai keuntungan yang sangat besar bagi pemerintah kolonial Belanda.


Untuk menunjang mobilitas hasil panen agar lebih cepat dari daerah pedalaman ke kota-kota pelabuhan di pulau Jawa, akhirnya pemerintah kolonial Belanda membangun stasiun-stasiun kereta api. Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika Gubernur Jenderal Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele meresmikan stasiun pertama di derah Kemijen Semarang pada tahun 1864.


Stasiun Tanggung


Setelah diresmikannya Stasiun Kemijen Semarang pada tahun 1864, dibangunlah stasiun kedua di daerah Tanggung Kecamatan Kedungjati (Sekarang Kecamatan Tanggungharjo). Stasiun Tanggung resmi dibuka oleh Gubernur Jenderal Ludolp Anne Jan Wilt Sloet van de Beele pada tanggal 10 Agustus 1867, berbarengan dengan pembukaan jalur kereta api pertama di Indonesia yaitu jalur Kemijen Semarang-Tanggung.


Bangunan stasiun Tanggung pada tahun 1910 pernah mengalami renovasi ulang dengan gaya arsitektur Swiss Chalet yang berasal dari Swiss. Sekarang ini stasiun Tanggung merupakan stasiun tertua dan masih aktif hingga sekarang dikarenakan stasiun Kemijen yang menjadi tonggak awal perkeretaapian Indonesia sudah hilang dikarenakan ditelan oleh banjir rob yang sering melanda Kota Semarang.


Kendati Stasiun Tanggung merupakan stasiun kecil yang sekarang hanya difungsikan sebagai jalur pengatur lintas kereta api dan  pemantauan, tapi setidaknya stasiun Tanggung merupakan saksi bisu kejayaan masa Tanam Paksa. Stasiun Tanggung juga menjadi saksi bagaimana komoditas tanaman gula, kopi, tembakau dan teh dari Jawa diangkut ke pelabuhan yang kemudian di ekspor ke negara-negara Eropa.


Wallahu 'alam bis showab


Oleh: Muhamad Nur Kholid
Guru Sejarah dan Aktivis Perpus MATU

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.