Kharis Sidqi: Alumni MATU, Raih Gelar Sarjana dari Univ. Imam Syafi'i, Yaman


Yaman, kristalmedia.net - Alumni MA Tajul Ulum Brabo tidak hanya melanjutkan kuliah atau belajarnya di kampus dan pondok pesantren di dalam negeri saja. Tetapi juga ada yang melanjutkan kuliah di luar negeri. Salah satunya adalah Kharis Sidqi. Dia dan temannya, Subhan Fauzi adalah alumni MATU pertama yang kuliah di Univ. Imam Syafi’i, Mukalla, Hadramaut, Yaman.

Dua Bulan yang lalu, Kang Kharis, sapaan akrabnya telah melaksanakan Haflatul Khuruj, atau Wisuda. Cowok kelahiran Semarang, 23 tahun lalu ini telah resmi menyandang gelar sarjana dengan titel Lc. Cita-cita, usaha dan kerja kerasnya selama ini telah mengantarnya merasakan belajar di tanahnya para habaib dan aulia.

Kuliah di luar negeri terutama di Timur Tengah, sudah menjadi mimpi Kang Kharis sejak duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan, keinginan tersebut selalu ia tulis di buku diary, “Kuliah di luar negeri”. Dari sekian banyak wishlist yang tertulis, mimpi untuk kuliah di Timur-Tengah menjadi semangat utama Kang Kharis dalam belajar dan memahami Bahasa Arab.

LPS Kristal memiliki kesempatan untuk melakukan wawancara tertulis dengan Kang Kharis, berikut hasil wawancaranya:

Assalamu’alaikum Kang Kharis, Selamat atas Gelar Sarjana dari Univ. Imam Syafi’i Yaman. Semoga memdapat ilmu yang berkah dan bermanfaat.

Di awal obrolan ini, bisa diceritakan, bagaimana proses masuk ke Univ Imam Syafi’i di Mukalla, Yaman?

Yaman menjadi tujuan sebagai tempat berlabuh dalam masa kuliah setelah beberapa kali menggali informasi. Karena Yaman, Hadhramaut merupakan negara yang sangat mirip dengan kultur agama Islam di Indonesia. Madzhab dan Manhaj yang sama, mengikuti Imam Syafi’i dalam berfikih, berhaluan Ahlu-sunnah Wal-jamaah dalam berteologi, dan mengikuti manhaj Sadah Ali Baalawi yang sudah mendarah daging di bumi pertiwi.

Kemudian Univ. Imam Syafi’i menjadi pilihan karena sistem yang berbeda dari universitas Lainnya. Pembelajaran di Univ. Imam Syafi’i lebih berfokus kepada sistem pesantren. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk tinggal di asrama yang disediakan oleh pihak Jamiah. Sehingga waktu dan aktivitas sudah tertata dan memudahkan untuk lebih fokus dalam belajar.

Dalam setiap tahunnya Univ. Imam Syafii membuka jalur pendaftaran dengan Beasiswa yang disediakan. Tesnya cukup mudah, hanya bermodalkan penguasaan baca kitab fikih sekelas Fathul-Qorib dan penguasaan bahasa arab dasar yang mumpuni. Doa guru dan dukungan orang tua jangan lupa, dua hal yang menjadi kunci utama dalam kelulusan semua hal. Intinya adalah yakin dan persiapan yang matang.

Mengapa memilih universitas/prodi ini? Dan bagaimana kesan pertama tentang kampus dan lingkungan sekitarnya?

Universitas Imam Syafi’i adalah perguruan tinggi yang berbeda dengan lainnya, saya memilihnya karena beberapa hal. Salah satunya adalah sistemnya yang berbasis pesantren, menggunakan metode salaf dan kuat dalam ber-aqidah. Tinggi dalam ilmu dan akhlak. Lingkungan santri yang jauh dengan dunia dan selalu dekat dengan para guru dan orang-orang soleh.

Dan kesan saya, sebuah tantangan besar bagi pemula seperti saya untuk terjun di lingkungan yang keseharian berbicara dengan berbahasa arab. Culture shock yang membuat saya harus lebih ekstra dalam beradaptasi. Bukan hanya dalam berbincang dan berbicara, namun juga kebiasaan dan tatanan sosial yang berbeda, terlebih makanan dan cuaca yang sangat jauh dari negara Indonesia.
Namun semua itu menjadi biasa seiring dengan jalannya waktu dan masa penyesuaian yang nantinya menjadikan pribadi yang lebih kuat dalam berinteraksi dengan tipikal bangsa berbeda.

Bagaimana gambaran umum suasana kampus di sana? Termasuk pergaulan mahasiswa dan tempat tinggalnya?

Univ. Imam Syafi'i bisa dibilang besar dengan bangunan ala Timur Tengah. Tempat yang strategis jauh dari keramaian masyarakat. Fasilitas memadai, bersih dan nyaman. Lingkungan yang kental akan keilmuan dan akhlak.

Kesehariannya santri diwajibkan berpeci dan berbusana sopan. Tidak bebas keluar, wajib sholat berjamaah dan wajib mengikuti kegiatan yang terjadwal.
Bagaimana sistem belajar di sana? Dan pengalaman apa yang paling berkesan selama kuliah?

Sistem belajar ulama salaf, jika di Universitas modern lebih ditekankan dengan teknologi dan metode mutakhir, kampus Imam Syafii justru sebaliknya. Pembacaan kitab dan menghafal Ibarah menjadi konsumsi sehari-hari sebagaimana seorang santri. Tidak menggunakan buku modul tapi dengan kitab yang dibaca dari awal sampai akhir. Kitab ulama-ulama terdahulu yang dengannya lebih berkah dan terjaga.

Menurut Kang Kharis, adakah perbedaan warga muslim di Indonesia dengan di Yaman? Bagaimana kehidupan bermasyarakat di sana?

Tidak terlalu jauh, hanya saja wanitanya lebih terjaga dan tertutup. Tata busana juga sama, masyarakat Yaman banyak yang memakai sarung dan peci. Kehidupan masyarakat lebih bernuansa islami, ramah dan menjunjung tinggi nilai agama.

Bagaimana proses bertumbuh dan berkembang secara pribadi selama perjalanan kuliah ini?

Perlu perjuangan untuk beradaptasi. Semua itu dengan kebiasaan dan paksaan, berupaya untuk terbiasa dengan hal-hal baru yang lebih jauh. Kesabaran, iya, itulah kuncinya.

Untuk tumbuh, badan dan kegiatan harus ditempa dengan rasa kepedulian penuh. Dalam pola makan, penyesuaian cuaca, tabiat sifat masyarakat yang berbeda, dan pelajaran yang lebih berat. Semua itu tumbuh dengan Kebiasaan dan kesabaran tanpa keluh. Dan semua bisa jika terbiasa.

Pola pikir juga lebih berkembang, dengan sering berinteraksi dan berdiskusi menjadikan pribadi yang memiliki wawasan luas, selalu melihat berbagai masalah dengan sudut pandang yang berbeda. Tidak mudah kaget jika bertemu dengan orang yang memiliki mindset berbeda dengan kita. Menjadikan lebih dewasa dan tidak mudah menyalahkan dalam segala perbedaan.

Dalam tugas akhir menulis tentang apa? Bisa diceritakan sedikit prosesnya?

Dalam tugas akhir saya menulis skripsi dengan judul “Al-Muthlaq wa Al-Muqayyad wa Ahkamuhuma min Khilali Kitab Bulugh Al-Maram fi Rub’il Ibadat”.

Karya Ilmiah yang fokus dalam disiplin ilmu Usul Fiqih. Dengan metode qoidah Muthlaq-Muqoyyad saya mengumpulkan Hadist yang menggunakan Qoidah Usul Fiqih tadi. Kemudian menjelaskan Wajhul munasabah hadist Muthlaq yang harus Dibawa ke hukum lain karena Taqyid dari riwayat yang berbeda.

Setelah itu menjelaskan hukum fikihnya menyertakan pendapat ulama beserta referensi kitab-kitabnya. Lalu mengumpulkan hukum akhirnya sesuai dengan Madzhan empat, diawali dengan pendapat madzhab Syafi’i, Madzhab Hanafi, Maliki, baru setelah itu Hambali. Lantas meringkas semua pendapat ulama dan menjelaskan nya secara global.

Hingga pada hasilnya, ulama siapakah yang membawa hukum tadi dengan menggunakan Qoidah Muthlaq Muqayyad, dan siapa sajakah ulama yang menggunakan Qoidah lainnya, disertakan dengan mana pendapat yang lebih kuat, dan pendapat yang lemah.

Adakah alumni MATU lainnya yang kuliah di Yaman? Apakah kang Kharis generasi pertama alumni MATU yang kuliah di Univ. Imam Syafi'i Yaman?

Sampai sekarang masih ada 4 orang yang kuliah di Yaman. 2 orang di Univ Imam Syafi'i Mukalla, dan sisanya di Univ Al-Ahgaf Tarim.

Saya dan Subhan Fauzi di Univ Imam Syafi’i, dan menjadi alumni MATU pertama yang kuliah di (Univ. Imam Syafi’i) Yaman. Setahun setelahnya menyusul Farid Abidin dan Luthfil Hakim untuk kuliah di Univ Al-Ahgaff Tarim, Yaman.

Rencana setelah lulus sarjana, melanjutkan S2 atau bagaimana?

Untuk sementara akan melanjutkan dakwah sebagaimana perintah dari Guru Besar Sidi Syekh Muhammad Ba’atiyyah, Rektor Univ. Imam Syafi’i, dengan program wajib dakwah satu tahun. Berdakwah dan menjalin relasi yang lebih luas, terjun ke masyarakat sembari menggali informasi untuk mencari Beasiswa S2.

Pesan dan harapan untuk calon-calon mahasiswa, khususnya siswa MA Tajul Ulum?

Harapan saya semoga lebih banyak lagi Alumni MA Tajul Ulum yang kuliah di perguruan tinggi luar negeri dan universitas besar. Dengan semangat tinggi, mimpi yang kuat, dan tidak takut untuk bercita-cita setinggi langit.

Alumni yang mampu mengharumkan nama Almamaternya, yang bisa menjadi panutan bagi lainnya, memotivasi setiap teman dan adik kelasnya. Kita yang menentukan nasib kita, dengan usaha kita, dengan keseriusan kita, dengan husnudzon kita akan kebaikan dari Allah yang pasti dikabulkan.

Sudah saatnya MA Tajul Ulum menjadi Madrasah hebat, memiliki lulusan-lulusan besar, yang tidak takut untuk bermimpi, yang memiliki tekad dan niat yang kuat.
Ketika dalam sampul Majmu’ Mutun tertulis “Iso ora iso sing penting sekolah, lalaran, musyawarah”. Maka ubahlah sedikit menjadi, “Iso ora iso harus iso, harus apal, harus paham, harus tercapai, harus sukses, harus menjadi terbaik untuk diri sendiri dan orang lainnya”. (FHM)



Profil Narasumber:
Nama Lengkap: Kharis Sidqi
TTL: Semarang 23 Maret 2001
Alamat: Jl. Syuhada’ Raya no.60 Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang.
Domisili sekarang: Ibn Sina, Fuwwah, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.
Aktivitas/profesi sekarang: Mahasiswa
Alumni MATU: Lulusan tahun 2019
Kata Motivasi: kamu yang tentukan nasib, bukan nasib yang tentukan kamu.
Kuliah S1: Universitas Imam Syafi’i Mukalla
Masuk kuliah: Tahun 2019, jalur beasiswa yang disediakan pihak Univ. Imam Syafii dengan Beasiswa Parsial secara langsung.
Tempat tinggal selama kuliah: Pondok, (Rubath Imam Syafii).
Organisasi yang diikuti:
-Literasi Imam Syafi’i
-Lajnatul Insyad Imam Syafi’i
-PCINU Yaman
Aktivitas kemahasiswaan yang pernah diikuti:
[ ] Webinar Kebangsaan dan Religius, tahun 2023, oleh Kedubes Kesultanan Oman, bertempat di Auditorium Univ. Al-Ahgaf Mukalla.
[ ] Konferensi Internasional dengan tema (Membahas Isu-Isu Pemikiran Islam Terkini), Univ. Imam Syafi’i tahun 2023.
[ ] Nadwah ‘Ilmiyah (seminar keilmuan) yang membahas kerancuan permasalahan yang marak ditengah masyarakat, yang diselenggarakan pada hari-hari besar islam, seperti: Peringatan 10 Asyuro, peristiwa Karbala, peringatan Isra’ Mi’raj, kelahiran sayyidina ‘Ali, Peringatan Hari Arafah. Atau dengan tema: membentengi Akidah Ahlus-sunnah Wal-jamaah dari doktrin menyimpang, menolak pemikiran Wahabi, Melawan doktrin Yahudi dan Budaya Barat, Bahaya Firqoh Ikhwanul-Muslimin, Bahaya Syiah, Dll.
[ ] Bahtsul Masail, 10 juli 2024, Univ. Ahgaf Mukalla. Yang diselenggarakan oleh PPI Mukalla bersama PCINU Yaman.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.