Jatuh Bangun Hanif Menjadi Peserta Khotimin Bil Ghaib
Brabo, kristalmedia.net - Namanya Hanif Fatkhu Nizam, biasa dipanggil Hanif. Ia dulunya merupakan alumni MA Tajul Ulum jurusan IPA lulusan 2019. Di dalam organisasi ia merupakan anggota IPNU periode 2017/2018 di Bidang Sie. Dakwah. Di tahun keduanya menjadi pengurus IPNU, dia mendapat amanah sebagai ketua IPNU periode 2018/2019. Hanif merupakan putra pertama dari 2 bersaudara. Adiknya bernama Azim Maulana Hanafi, juga pernah menjadi ketua IPNU MA Tajul Ulum periode 2021/2022.
Hanif
begitu bahagia, akhirnya mimpinya menjadi peserta khotimin (sebutan untuk santri
yang mengikuti khataman) bisa terwujud. Dia telah menyelesaikan setoran bacaan
Al-Qur’an dengan Bil Ghoib (menghafal) kepada KH. Muhammad Shofy Al Mubarok, AH., sehingga ia berhak
menjadi satu di antara
479 khotimin lainnya. Bil Ghoib berasal dari kata al-Ghoib yang artinya tidak
terlihat, sehingga menjadi seorang santri yang menghafal Al-Qur’an dengan metode tidak
melihat dalam arti lain menghafal.
Perjuangan
menjadi peserta khotimin
Menjadi
peserta khotimin Bil Ghoib bagi Hanif Fatkhu Nizam merupakan suatu prestasi dan
kebanggan tersendiri baginya serta bagi kedua orang tuanya.
“Rasanya
pasti sangat senang bagi diri saya sendiri tetapi juga bagi kedua orang tua
saya, karena menjadi peserta khotimin Bil Ghoib itu sebuah kebanggaan
tersendiri, serta untuk mencapai titik ini membutuhkan waktu yang memang sangat
panjang sekali” ujarnya.
Apa yang diraih Hanif bukan suatu yang mudah. Ada usaha dan kerja keras yang dilakukukannya. Dia bercerita, begitu lamanya perjuangan mengikuti khataman, mulai dari pendataran, kemudian menghafal Al-Qur’an, murojaah atau mengulang hafalan, setelah itu mengikuti setoran gelondong 30 juz, hingga akhirnya menjadi khotimin.
Tantangan
dan Cobaan
Hanif
mulai menghafal Al-Qur’an
sejak Oktober 2019 dan khatam pada Juli 2024. Dia bercerita, selama menghafal
Al-Qur’an banyak sekali
tantangan dan cobaan yang dilaluinya. Mulai dari sakit, acara keluarga sampai
dengan tantangan yang paling berat yaitu tuntutan belajar di madrasah Muhadloroh,
kuliah, dan mengajar. Semua aktifitas
itu dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
“Banyak
sekali tantangan yang saya hadapi mulai dari sakit, acara keluarga, hingga
tuntutan Muhadloroh, masih kuliah, serta memilki tanggungan mengajar di
Madrasah Takhasus Sirojuth Tholibin” ujarnya.
Namun
menurutnya bukan itulah tantangan terberatnya, melainkan bagaimana caranya
untuk istiqomah nderes Al-Qur’an,
murojaah (mengingat/mengulang kembali), serta bagaimana caranya agar tetap bisa
menjaga hafalan tersebut. Hanif bersyukur bisa melewati semua tantangan dan
cobaan yang ada.
“Alhamdulilah
selama saya menghafal tidak pernah mengalami sakit yang berat, dan
alhamdulillah selalu diberi kekuatan untuk melewati semua tantangan dan cobaan
yang ada,” ungkapnya.
Motivasi
berujung prestasi
Nampaknya
ada beberapa faktor dibalik suksesnya Hanif dalam menghafal Al-quran. Mulai
dari motivasi diri sendiri hingga motivasi dari kedua orang tuanya. Dia
bercerita, bahwa dia selalu memotivasi dirinya sendiri untuk menjadi tahfid (sebutan orang yang hafal
Al-Qur’an) agar semakin dekat
dengan Al-Qur’an
dan pencipta-Nya. Selain itu,
dengan adanya program tahfid dia berharap agar dipermudah mendapatkan
beasiswa saat kuliah sehingga dapat meringankan beban kedua orang tuanya.
Namun
bukan itulah motivasi yang membuatnya untuk menghafal Al-Qur’an, melainkan
motivasi dari kedua orang tua yang menginginkan supaya dirinya bisa mengaji
serta tidak ada tuntutan untuk menghafal Al-Qur’an. Dari situlah ia berfikir eman-eman wus iso ngaji tapi ra ngapalke sisan.
Hanif
juga menuturkan, bahwa kuncinya menghafal Al-Qur’an hanya satu yaitu benar-benar niat
untuk menghafal Al-Qur’an.
Jika masih ragu-ragu maka lebih baik ditunda dahulu, ditata dahulu niatnya. Niat menghafal kalamullah,
dan niat menjaga kalamullah. Dia berpesan untuk selalu
bersungguh-sungguh dalam belajar. “Bersungguh-sungguhlah dalam belajar,
larena dengan belajar kita dapat menjelajahi luasnya ilmu pengetahuan dan
luasnya dunia,”
tuturnya.
Reporter: Faatiih Ni’mal Mazruu’ii
Tidak ada komentar: