22 Tahun LPS Kristal: Kristal Mengajari Saya Banyak Hal


Saat aktif di 
Kristal dulu, saya tidak begitu ngeh dengan apa yang saya lakukan. Hanya menjalankan tugas dan bersenang-senang. Tapi ternyata tidak sesederhana itu.


Apa yang saya pelajari di Kristal ternyata tidak hanya itu.


Setelah lulus dari MA Tajul Ulum, saya baru sadar bahwa ternyata pengalaman di Kristal telah mengajarkan banyak hal. Mulai dari manajemen lembaga pers, manajemen keredaksian, distribusi dan sirkulasi, kurasi naskah, penulisan berita, wawancara, penyuntingan, tata letak, hingga pra-cetak.


Begitu banyak keterampilan yang saya pelajari di Kristal kemudian saya kembangkan saat studi S1 di UIN Walisongo Semarang, ketika bergabung di Lembaga Pers Mahasiswa Justisia, serta saat bekerja di dunia perbukuan selama tujuh tahun di Yogyakarta.


Kini, ketika saya terjun ke dunia akademisi sebagai dosen di IAIN Metro, saya kembali membuka memori. Ternyata apa yang sudah saya pelajari di Kristal begitu banyak dan begitu penting.


Namun saya sadar, jalan hidup setiap orang berbeda. Tidak semua alumni Kristal yang jumlahnya kini sudah ratusan, menekuni dunia jurnalistik, pers, literasi, atau akademisi seperti saya.


Oleh sebab itu, saya melihat Kristal sebagai wadah pembelajaran lebih mendasar. Lantas apa yang diberikan Kristal dalam pembelajaran mendasar ini?


Pertama, Kristal menyediakan ruang berpikir yang logis, jejeg, runtut, terbuka, dan kritis. Di Kristal, kritik itu hal biasa dan bisa disampaikan secara elegan dan terbuka. Diskusi-diskusi kritis bisa dilakukan tanpa ada khawatir terhadap apa pun.


Dalam kehidupan yang luas, berpikir kritis ini penting karena dunia ini tidak selamanya berjalan baik-baik saja. Untuk mengubah hal tersebut, berpikir kritis menjadi titik awal. Kita belajar melihat fakta tidak sebagaimana apa adanya, tetapi melihat apa yang di baliknya.


Kedua, Kristal memberi kesempatan untuk belajar supel bergaul. Sebagai wartawan, mau tidak mau kita harus berhubungan dengan banyak orang. Dalam banyak hal, tema wawancara seringkali bersifat sensitif. Kita dituntut untuk bisa menggali informasi secara santai, detil, tapi jangan sampai menyinggung narasumber.


Ketiga, belajar menulis dengan baik. Menulis itu penting karena dua alasan: pertama, ia menyampaikan dan menyebarluaskan gagasan; kedua, ia mengabadikan gagasan. Apa pun profesi yang ditekuni para alumni Kristal kelak, kemampuan menulis yang baik akan memuluskan karir mereka.


Keempat, membangun karakter yang baik: jujur, pembelajar, dan ulet. Wartawan tidak boleh melaporkan berita bohong, ia harus melakukan verifikasi, cek, dan rechek. Sebab itu, karakter jujur dan pembelajar ini akan terasah. Demikian juga, penggalian data itu tidak mudah, yang pada akhirnya hal ini turut membentuk jiwa yang ulet.


Kelima, Kristal adalah ruang belajar membangun relasi dan bertanggung jawab dalam sebuah organisasi. Ini adalah hal penting, karena di manapun para alumni berkiprah, kemampuan berorganisasi ini menjadi kunci. Mau di lembaga akademik, lembaga bisnis, lembaga politik, ataupun lembaga pemerintahan, semuanya adalah organisasi dalam skala yang lebih besar.


Ala kulli hal, Selamat Ulang Tahun ke-22 untuk Kristal, usia yang cukup matang. Terus berkembang menjadi kawah candradimuka bagi siswa MA Tajul Ulum. [n]


Penulis: Muhamad Nasrudin, MH, bagian dari generasi awal Kristal. Kini mengabdi sebagai dosen di IAIN Metro, Lampung dan mahasiswa doktoral di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.