Antara Sarjana, Pengangguran dan Masa Depan: Saatnya Ubah Pola Pikir!
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan tinggi telah berubah menjadi ajang perebutan mahasiswa oleh kampus-kampus, baik negeri maupun swasta. Akibatnya, jumlah lulusan sarjana semakin membeludak, sementara lapangan pekerjaan tetap stagnan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya "biasa saja" selama 20 tahun terakhir—kecuali jika mencapai angka di atas 7%—angka pengangguran semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2024, ada 842.378 lulusan sarjana yang menganggur di Indonesia. Jumlah ini merupakan 11,28% dari total 7.465.599 pengangguran di Indonesia.
Selain itu, banyak lulusan sarjana yang harus menerima pekerjaan yang tidak sesuai
dengan bidang studi mereka. Seorang lulusan pendidikan mungkin harus menjalani
usaha mandiri di luar bidang akademik, sementara seorang lulusan ekonomi
memilih menjadi pengemudi ojek online misalnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sementara itu, para fresh graduate menghadapi persaingan ketat dengan
tenaga kerja berpengalaman, yang sering kali lebih diutamakan oleh perusahaan.
Tidak jarang, mereka yang akhirnya mendapatkan pekerjaan harus menerima gaji
rendah yang jauh dari ekspektasi mereka selama kuliah.
Namun, dari pada meratapi
kenyataan ini, ada satu hal yang lebih penting untuk dibahas, yaitu tentang “pola pikir”.
Bagaimana kita memahami dan menyikapi dunia pendidikan serta dunia kerja akan
menentukan masa depan kita. Berikut adalah beberapa hal yang perlu direnungkan.
Sekolah
atau Kuliah Bukan Akhir dari Perjuangan
Banyak
orang beranggapan bahwa kuliah di kampus ternama akan menjamin masa depan yang
cerah. Anggapan ini keliru. Kuliah bukanlah garis finis, melainkan awal dari
perjalanan yang lebih panjang. Sama halnya dengan pernikahan, yang bukan akhir
dari hubungan, melainkan awal dari kehidupan bersama. Oleh karena itu, baik kuliah
di kampus unggulan maupun biasa, semuanya tetap memerlukan perjuangan dan
strategi untuk membangun masa depan yang sukses.
Pendidikan adalah Proses Menyerap Ilmu, Bukan
Sekadar Ijazah
Jika tujuan kuliah hanya untuk mendapatkan ijazah atau nilai bagus, itu adalah pola pikir yang sudah usang. Pendidikan harus dimaknai sebagai kesempatan untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya, baik melalui mata kuliah, organisasi, komunitas, hingga pengalaman hidup yang ditemui sepanjang perjalanan akademik.
Seorang mahasiswa yang hanya fokus pada
nilai tanpa mengeksplorasi kesempatan lain akan kehilangan banyak potensi yang
bisa dikembangkan. Sebaliknya, mereka yang berusaha belajar dengan sungguh-sungguh
biasanya akan mendapatkan nilai yang baik, sebagai konsekuensi atau hasil dari
proses pembelajaran yang berkualitas.
Peluang Pekerjaan Lebih Luas dari Sekadar Menjadi
Pegawai
Sejak duduk di bangku sekolah dan kuliah, kita harus mengubah pola pikir yang hanya terpaku pada pekerjaan konvensional seperti menjadi ASN, pegawai BUMN, atau karyawan perusahaan multinasional. Dunia kerja jauh lebih luas dari itu.
Sebaiknya, kita mulai berpikir: “Apa yang ingin saya lakukan setelah lulus
yang bisa memberikan manfaat bagi banyak orang, sekaligus menghasilkan
pendapatan yang layak?” Dengan pola pikir ini, kita akan lebih terbuka
terhadap berbagai peluang dan lebih siap menghadapi dunia kerja yang dinamis.
Produktivitas adalah Kunci, Jangan Hanya Rebahan
Banyak orang yang sudah menganggur, tetapi tetap menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak produktif seperti bermain media sosial atau menonton tanpa tujuan. Padahal, hidup ini membutuhkan perjuangan nyata. Tidak semua orang memiliki privilege untuk hidup nyaman tanpa usaha keras.
Maka, dari pada terus-menerus
menunggu peluang datang, lebih baik mulai bergerak. Pikirkan sesuatu yang bisa
dikerjakan, kemudian lakukan dengan serius. Pola pikir dan tindakan yang
konkret akan membuka lebih banyak pintu kesempatan.
Menemukan Kebebasan dalam Pilihan Hidup
Sering kali, kita melihat jabatan-jabatan tinggi seperti komisaris BUMN sebagai sesuatu yang prestisius. Namun, kenyataannya, banyak dari mereka yang hanya mendapatkan posisi tersebut melalui koneksi politik dan harus tunduk pada kepentingan tertentu.
Sebaliknya, ada orang yang memilih menjadi nelayan,
tetapi hidup dengan kebebasan dan kebanggaan, karena itu adalah pilihan
hidupnya. Jika sejak kuliah kita sudah memiliki pola pikir yang benar dan siap
menjalani hidup dengan cara yang kita yakini, maka kita tidak akan terjebak
dalam ilusi kesuksesan yang menipu.
Membangun
pola pikir yang kuat dan produktif sejak dini akan menjauhkan kita dari daftar
pengangguran dan membuka banyak peluang yang lebih luas. Masa depan tidak
datang dengan sendirinya, melainkan harus dirancang dan diperjuangkan. Maka,
daripada hanya mengikuti arus, saatnya berpikir dan bertindak nyata untuk
membangun jalan hidup yang lebih bermakna.
Penulis: Salik Bahrudin (Pemred LPS Kristal 2022/2023, Mahasiswa S1 Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Semarang)
Tidak ada komentar: